Tim nasional
Indonesia
yang datang ke Piala AFF 2014 dengan target menjadi juara untuk pertama
kali dalam sejarah, gagal menunjukkan performa terbaik mereka dan harus
mendulang dua hasil yang tak maksimal.
Pada laga pembuka Grup A Piala AFF, Indonesia bermain kurang meyakinkan
melawan tuan rumah Vietnam. Meski akhirnya tim arahan pelatih
Alfred Riedl beruntung
mampu menahan imbang Vietnam 2-2. Dengan gol dari Zulham Malik Zamrun dan Samsul Arif Munip sebagai balasan atas gol Que Ngoc Hai dan Le Cong Vinh.
Sayangnya, penampilan Indonesia benar-benar hancur lebur saat menghadapi
Filipina yang dihuni oleh mayoritas pemain naturalisasi.
Kekalahan dengan skor 4-0 harus didapatkan Firman Utina dan kolega, plus performa yang diwarnai kesalahan elementer sehingga Indonesia harus terhukum begitu pahit.
Goal Indonesia pun telah merangkum pandangan para aktor sepakbola Tanah Air mengenai penampilan buruk tim
Garuda
di gelaran kesepuluh Piala AFF. Yang mana sebagian besar menilai hasil
ini didapat karena persiapan yang minim di waktu yang minim. Karena
sebagaimana diketahui,
Riedl sendiri mengeluhkan padatnya kompetisi Indonesia Super League 2014 dan tak punya banyak waktu untuk mengumpulkan pemain pilihannya di dalam pemusatan latihan.
"
Memang Filipina menggunakan 90 persen pemain naturalisasi dan itu
akan jadi tantangan tersendiri untuk negara Asia Tenggara termasuk
Indonesia," buka Benny Dolo ketika dihubungi.
"Indonesia sendiri main di Piala AFF ini dengan pemain yang sedang di bawah form mereka. Karena kompetisi yang padat dan berkepanjangan sudah menguras tenaga mereka, peak performance mereka sudah habis untuk kompetisi," ulas pelatih yang pernah mengarsiteki timnas pada tahun 2000-2001 dan 2008-2010 itu.
"Pemain yang dipilih oleh Riedl sudah yang terbaik, kita tahu
bagaimana kinerja Riedl (pada 2010). Tapi kalau persiapan terlalu pendek
hanya melawan Timor Leste dan Suriah lalu langsung main di Piala AFF
tentu akan sulit. Jika fisik juga sudah terkuras pemain akan sulit
menampilkan yang terbaik dan berpikir dengan baik, jika sudah begitu,
apa yang Anda harapkan?" tegas Bendol, yang kini menjadi pelatih
Sriwijaya FC tersebut.
Senada dengan Bendol, Rahmad Darmawan yang merupakan salah satu pelatih
kawakan di Indonesia juga menilai bahwa persiapan pendek adalah sebab
performa mengecewakan dari Indonesia.
Padahal RD, sapaan akrab Rahmad, menilai kualitas individu dari skuat
Indonesia di Piala AFF kali ini lebih baik ketimbang 2010. Di mana Riedl
mampu membawa tim Merah-Putih sampai ke babak final dan kalah dari Malaysia.
"Yang saya lihat dari dua pertandingan kemarin permainan timnas
masih jauh dari ketika di bawah era Riedl saat 2010. Yang pasti kalau
kualitas individu pemain sebenarnya lebih menjanjikan ketimbang saat
itu, tapi secara permainan masih kalah bagus," ungkap eks pelatih
Indonesia U-23 itu.
"Banyak pemain yang sudah dilanda fatigue (kelelahan) dengan padatnya jadwal delapan besar ISL dengan jarak yang pendek ke Piala AFF. Dan,
tidak ada lagi waktu yang ideal untuk para pemain untuk lebih mengenal
satu sama lain sebagai tim karena waktu persiapan yang minim,"
sambungnya.
"Sehebat apapun tim itu, jika persiapan kurang maka akan sulit.
Bahkan Spanyol pernah mengalami saat Piala Dunia kemarin (2014). Mereka
harus menunggu pemain Real Madrid yang masih sibuk dengan Liga Champions
dan itu jadi salah satu faktor kegagalan Spanyol di Piala Dunia lalu,"
tandasnya.
Sementara itu, Nilmaizar yang menjadi nahkoda Indonesia di Piala AFF
2012, memilih untuk tak berkomentar banyak mengenai rentetan hasil buruk
di Piala AFF 2014. Pelatih yang kini membesut Putra Samarinda itu hanya
berharap Indonesia tidak menjadi juru kunci agar terhindar dari zona
kualifikasi Piala AFF 2016.
"Saya tidak bisa berkomentar banyak karena saya pun pernah melatih
timnas pada Piala AFF 2012. Kita ini satu bangsa, yang saya harapkan
hanya Indonesia bisa menang di pertandingan terakhir melawan Laos dengan
skor banyak agar tidak jari juru kunci untuk terhindar dari zona
kualifikasi Piala AFF selanjutnya," ungkap pria asal Sumatera Barat itu.
Sementara eks timnas Indonesia, Ricky Yacobi, membeberkan perlunya
pembenahan serta evaluasi atas kegagalan Indonesia tahun ini. Filipina
yang sejatinya tak pernah menang dari Indonesia di Piala AFF, bahkan
pernah dibantai 13-1 pada gelaran 2002, mampu membuat publik Tanah Air
kaget karena begitu digdaya saat jumpa Indonesia kemarin.
”Hal seperti ini benar-benar mengagetkan dan menyedihkan. Semuanya
harus dievaluasi. Sepakbola Indonesia jatuh kalau seperti ini,” bebernya. "Pengurus juga harus bertanggung jawab karena mereka yang punya jawabannya," selorohnya.
sumber : http://www.goal.com