Arsenal dan Barcelona mungkin sudah lolos ke babak sistem
gugur Liga Champions namun, untuk mereka dan yang lainnya, matchday
keenam kiranya akan menjadi partai terpenting sejauh ini.
Pada
2012/13, enam dari delapan tim yang lolos ke fase perempat-final sukses
menjadi pemuncak babak grup. Musim lalu, delapan pemenang babak grup
berhasil menumbangkan lawannya di babak 16 besar, di mana tiga duel
berakhir dengan keunggulan selisih empat gol dalam hal agregat.
Dengan
satu pertandingan tersisa, Barcelona, yang untuk sementara menghuni
posisi kedua di Grup F, akan menghadapi Paris Saint-Germain yang
memiliki keunggulan satu poin dan berdiri kokoh di puncak. Dalam hal
ini, hanya kemenangan di Camp Nou lah yang akan membuat mereka menyalip
juara Prancis tersebut di posisi pertama. Hal yang sama juga berlaku
untuk Arsenal, yang harus mengalahkan Galatasaray sekaligus berharap
Borussia Dortmund gagal menang saat menghadapi Anderlecht.
Di
Grup A, Juventus akan menjamu sang pemuncak Atletico Madrid, di mana tim
tuan rumah membutuhkan kemenangan dengan selisih dua gol untuk
mengungguli finalis musim lalu secara head-to-head. Dan di Grup C, Bayer
Leverkusen berpeluang lolos sebagai pemenang jika mampu mendulang tiga
angka di markas Benfica untuk kemudian menempatkan mereka di atas Monaco
dan Zenit, yang bakal bertemu satu sama lain di Stade Louis II.
Permutasinya
mungkin terdengar rumit, terlebih bagi tim-tim yang terlibat, namun
tujuannya sederhana: berjuang mati-matian untuk memenangkan babak grup.
Hal ini tentu akan membuat perbedaan ketika Februari menjelang.
“Selalu
lebih baik untuk finis di urutan pertama,” demikian penuturan Arsene
Wenger pada bulan lalu. “Dalam beberapa kasus, Anda kadang merasa
bersalah jika tidak bisa finis pertama. Orang-orang pasti berpikir: ‘OK,
jika Anda dihukum [dengan undian yang susah] maka Anda pantas
mendapatkannya karena Anda finis di posisi kedua.”
Di empat musim
sebelum ini, Arsenal selalu lolos dengan predikat runner-up dan bertemu
Barcelona, AC Milan dan Bayern Munich dua kali. Mereka selalu kalah di
tahapan itu. “Sangat penting [untuk finis pertama] karena, jika Anda
finis di posisi pertama, maka Anda bisa bermain melawan tim-tim yang
bukan Barcelona atau Real Madrid,” demikian penilaian Santi Cazorla.
Tiga tim top Spanyol, dan juara Jerman, Italia serta Prancis merupakan
lawan potensial jika gagal menjuarai babak grup.
Kekalahan di
matchday terakhir musim lalu dari Napoli menjadi pertanda bahwa
petualangan mereka di Eropa akan berakhir lantaran pemenang babak grup
Dortmund lantas terundi dengan Zenit, sebuah tim yang lolos ke babak
berikutnya meski hanya berhasil meraih satu kemenangan, selagi The
Gunners dipertemukan dengan Bayern. “Arsenal tidak punya peluang,” ujar
mantan pemain internasional Jerman Paul Breitner kepada
Goal.
Mereka
memang tidak menang dan dihajar habis-habisan oleh Bavarians pada
kenyataannya. Yang membuatnya lebih menyakitkan bagi para pendukung
Arsenal adalah bahwa tanda-tanda peringatan yang sebelumnya dibunyikan
justru diabaikan.
Setelah memastikan kelolosan secara meyakinkan
pada 2012 menjelang matchday keenam, Wenger justru menurunkan tim lemah
untuk laga tandang ke Olympiakos, termasuk memainkan Carl Jenkinson,
Sebastian Squillaci, Francis Coquelin, Marouane Chamakh dan pertama
kalinya memakai jasa Jernade Meade di bek kiri. Kemenangan 2-0 untuk tim
tuan rumah membuat Arsenal lolos dengan predikat runner-up, di mana
sang pemenang kompetisi di tahun tersebut, Bayern, menunggu mereka di
babak 16 besar.
Barca dan PSG kini berada di posisi yang
sama-sama sulit. Setelah menang 3-2 di Paris, hanya sebuah kemenangan
lah yang akan membuat pasukan Luis Enrique menempati posisi puncak –
sesuatu yang belum pernah mereka lewatkan sejak 2006/07. Namun tekad PSG
sangat jelas. Pada 2012, mereka mengirim tim kuat untuk menghadapi
Porto di partai pamungkas – terlepas keberhasilan mereka lolos ke
putaran berikutnya – guna memastikan mereka berhadapan dengan Valencia
ketimbang Bayern.
“Selalu lebih baik untuk finis di
urutan pertama. Dalam beberapa kasus, Anda kadang merasa bersalah jika
tidak bisa finis pertama. Orang-orang pasti berpikir: ‘OK, jika Anda
dihukum [dengan undian yang susah] maka Anda pantas mendapatkannya
karena Anda finis di posisi kedua.”
- Arsene Wenger
“Kami akan berjuang untuk posisi pertama di Barcelona. Sangat
penting untuk finis di posisi puncak karena hal itu memberi Anda posisi
yang lebih baik di masa depan,” ujar David Luiz selagi Thiago Silva
menggambarkan duel ini sebagai ‘laga yang spesial’.
Memang ada
benarnya, mengingat PSG mungkin akan berhadapan dengan juara bertahan
Real Madrid, juara Spanyol Atletico, Bayern arahan Pep Guardiola atau
Chelsea pimpinan Jose Mourinho seandainya mereka kalah. Barca sendiri
lebih santai mengingat mereka tidak akan bertemu tim Spanyol di babak 16
besar, namun prospek bertemu tim hebat Jerman atau Inggris selalu ada.
Jika berhasil menang, maka Basel kemungkinan akan menunggu mereka.
Bagi
Atleti, klasemen saat ini menyarankan mereka untuk tampil maksimal di
hari terakhir, dengan tekad menghindari kekalahan dengan selisih dua
gol, dan mereka akan menjuarai grup. Bagaimanapun, Diego Simeone ingin
memastikan posisi puncak klasemen untuk kemudian membuat mereka bertemu
tim yang penuh masalah, seperti Milan di musim sebelumnya.
Dan
selagi fans Juventus yang mungkin berpendapat bahwa mereka harusnya
senang karena sudah lolos setelah merasakan dinginnya salju di Istanbul
musim lalu, tim arahan Massimiliano Allegri jelas tidak akan senang
dengan urutan kedua. “Saya memiliki firasat yang baik untuk Selasa,”
ujarnya. “Kami harus menang 2-0 untuk finis pertama di babak grup.”
Terakhir kali mereka melakukan itu, mereka terhindar dari Barcelona dan unggul lima gol atas Celtic di babak 16 besar.
Bahkan
Bayer Leverkusen, meskipun saat ini unggul di grup yang begitu ketat,
mereka tentu tidak akan menyerahkan posisi teratas untuk Monaco atau
Zenit. Setelah finis di urutan kedua di belakang Manchester United musim
lalu, mereka dipertemukan PSG di babak 16 besar, dan mendapati
kegagalan.
Tentu saja ada pengecualian. Real Madrid mencapai
babak semi-final pada 2012/13 meski finis di urutan kedua. Namun pola
yang menyatakan bahwa pemenang babak grup memiliki kampanye yang lebih
baik di Liga Champions menjadi semakin nyata. Hal ini disebabkan karena
perbedaan antara tim elite Eropa dengan mereka yang dianggap biasa
sangat kentara.
Pada 2011, rata-rata poin kesenjangan antara
urutan pertama dan ketiga setelah enam laga adalah 4,5. Musim lalu,
angka ini melonjak menjadi 6,4 mengingat tiga tim sukses melalui putaran
ini dengan tidak terkalahkan. Setelah lima laga pada 2014/15, rata-rata
perbedaan poin ada di angka 7,4 di mana ada empat tim yang sejauh ini
belum pernah kalah. Kesenjangan pun kian berkembang.
Bayern,
Porto, Real Madrid dan Chelsea memiliki keuntungan setelah sudah
memastikan posisi puncak; untuk yang lainnya, matchday keenam merupakan
saat yang menentukan dalam musim Liga Champions. Jika mereka gagal
memahami itu, maka akan ada banyak rasa bersalah yang akan muncul pada
undian 15 Desember.
Sumber :
http://www.goal.com