JAKARTA - AFF Cup 2014 menjadi bukti sahih kalau
Indonesia bukan
lagi kekuatan menakutkan atau tim yang patut diunggulkan di Asia
Tenggara. Indonesia yang memiliki penduduk hampir 250 juta dan tersebar
di 17 ribu pulau bisa dibantai 0-4 oleh Filipina, notebene merupakan
negara yang lebih kecil. Bukan cuma Filipina yang terbukti semakin
mengancam eksistensi Timnas Garuda di peta kekuatan sepakbola Asia
Tenggara, ada juga Vietnam, Myanmar, Laos sampai Timor Leste, negara
yang dulu bagian dari Indonesia. Jika negara lain semakin di depan,
Indonesia malah tambah tertinggal.
Betul, negara luas dan katanya bangsa berbudaya ini semakin
tertinggal dalam hal manajemen prestasi sepakbola, dan olahraga secara
umum. Indonesia sampai akhir 2014 ini tidak memiliki sistem dan
kurikulum pembinaan pemain muda yang modern. Pengelolaan kompetisi pun
masih amburadul. Padahal pembinaan dan kompetisi berjenjang adalah kunci
utama menuju prestasi sepakbola. Bukan menunjuk dan memecat pelatih
kepala timnas seenaknya. Atau mengejar prestasi dengan cara-cara instan,
mengirim puluhan pemain dan pelatih berlatih berbulan-bulan di luar
negeri.
Filipina, Vietnam, Laos, Myanmar dan Timor Leste semakin menunjukan
kemajuan signifikan di sepakbola Asia Tenggara karena mereka peduli
dengan pembinaan pemain muda. Mereka mencari, merekrut, mendidik dan
membiasakan anak-anak kecilnya berlatih dengan pola yang benar dan
modern, serta bertanding di kompetisi usia muda yang sehat, tanpa ada
intimidasi atau kecurangan.
Kompetisi sepakbola di negara mereka mungkin tidak sebesar dan
seglamor Indonesian Super League. Tapi buktinya mereka bisa memiliki
pemain timnas yang berbakat dan bermental atlet profesional. Buat apa
juga punya kompetisi yang katanya mewah dan ditonton ribuan orang kalau
tidak menghasilkan produk pemain yang bermutu internasional?
Pembinaan dan kompetisi yang modern sudah dilakukan Thailand dan
Malaysia sejak 15 tahun lalu. Hasilnya bisa dilihat bagaimana kekuatan
sepakbola Malaysia dan Thailand saat ini. Bisa saja dalam lima tahun ke
depan, mereka bersama Vietnam semakin unjuk gigi di sepakbola Asia.
Indonesia, melalui PSSI yang
didukung pemerintah serta DPR, seharusnya sudah mulai bekerja
memperbaiki sistem pembinaan atlet muda dan perbaikan manajemen
kompetisi. Konsep yang sudah jadi atau ideal bisa dicontek dari
negara-negara yang sudah membuktikannya dengan prestasi. Jika pembinaan
sepakbola, Indonesia bisa meniru apa yang telah dilakukan Jepang, Korea
Selatan, Spanyol atau Jerman. Sedangkan olahraga secara umum bisa
mengadopsi apa yang sudah dilakukan oleh China atau Australia. Jika
pemerintah tidak memiliki dana yang besar, maka bisa mengoptimalkan
pihak swasta dengan mengandalkan program
Corporate Social Responsibility (CSR). Asal pengurus olahraga dan pemerintah bisa mempertanggung jawabkan kepercayaan pihak swasta tersebut.
Kalau PSSI tidak segera memperbaiki sepakbola Indonesia, maka di AFF
Cup 2016 nanti, bisa saja Timor Leste atau Brunei Darussalam yang
gantian menggulung Timnas. Semoga PSSI serius dan jujur memperbaiki
kualitas sepakbola Indonesia, dengan memperbaiki diri mereka dulu.
Sumber :
http://bola.okezone.com